Pages

Search engine

Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 April 2012

Negeri Bahagia

Dalam novel yang diangkat dari kisah nyata berjudul City of Joy karya Dominique Lapierre, diceritakan ada sebuah tempat di mana tidak ada sebatang pohon, atau setangkai bunga pun yang tumbuh di sana. Tidak ada kupu-kupu atau burung, kecuali burung gagak dan pemakan bangkai. Udaranya pekat dipenuhi karbon dioksida dan sulfur, lorong-lorongnya berubah menjadi danau lumpur di musim hujan. Harapan hidup penghuninya mencapai tingkat terendah di dunia karena penyakit seperti lepra, TBC, disentri, dan malnutrisi berkubang di sana. Mayat kadang-kadang dibuang ke sungai karena tak ada kerabat yang mampu membayar untuk upacara kremasi atau penguburan yang layak.

Akan tetapi, tempat yang berada di salah satu pemukiman kumuh di Calcutta, India ini dinamai Anand Nagar atau Negeri Bahagia. Penduduk di sana penuh dengan keramahan, ketulusan, cinta kasih, pengorbanan, dan keberanian. Bagi mereka, situasi seburuk apa pun tak pernah menjadi penghalang untuk berbagi dan bahagia.

Cerita dalam novel yang di Indonesia diterbitkan oleh penerbit Bentang ini seakan menasehati dan membuat kita melakukan introspeksi diri, masihkah kita sering mengeluh dan merasa menderita dengan kehidupan yang jauh lebih baik dari mereka? Bukankah sudah sewajarnya kita bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki saat ini? Seperti yang kita pahami bersama, bersyukur tidak berdampak secara langsung pada orang lain, melainkan sangat berpengaruh besar pada kebahagiaan yang bersangkutan.

Dalam dunia kerja, keramahan, ketulusan, cinta kasih, pengorbanan, dan keberanian adalah faktor penentu seseorang akan sukses atau tidaknya dalam karir. Sifat-sifat positif tersebut dalam bahasa yang lebih intelektual disebut sebagai kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang disinyalir sebagai penyumbang terbesar dalam kesuksesan seseorang.

Sayangnya masih banyak orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya dan tidak henti-hentinya mengeluh. Mereka menyalahkan pimpinan, rekan kerja, kebijakan perusahaan, kebijakan pemerintah, hingga menyalahkan presiden. Mereka menyimpulkan bahwa penyebab gajinya yang kecil dan penyebab kemandegan karirnya adalah bukan dirinya tapi orang lain. Itu berarti secara tidak langsung mereka menyerahkan nasibnya pada orang lain sambil menunggu mereka berbaik hati menaikkan gajinya dan mengangkatnya menjadi manager atau bahkan direktur. Mereka seperti orang-orang yang mengeluh dan mencaci Jakarta karena macet, banjir, polusi dan hal-hal lainnya. Namun, mereka masih tetap tinggal di Jakarta dan tidak terlintas di benaknya sedikit pun untuk pindah ke pegunungan yang jalannya lancar, tidak banjir, dan udaranya masih bersih.

Mari kita bangun negeri bahagia di dalam hati kita dengan ketulusan, cinta kasih, pengorbanan, dan keberanian. Mari kita syukuri pekerjaan yang kita miliki sekarang dengan mencintainya bukan membencinya. Bukankah jika kita membenci pekerjaan, maka pekerjaan pun akan membenci kita dan jika kita mencintai pekerjaan, maka pekerjaan pun akan mencintai kita? Ini adalah hukum sebab akibat atau ketetapan Tuhan yang berlaku pasti dan layak untuk kita renungkan. Semoga saya, Anda, kita semua tergolong orang-orang yang pandai bersyukur dan senang berbagi kebahagiaan pada sesama. Nasihat guru kami tentang kebahagiaan, “Jika kita ingin bahagia, bahagiakanlah sebanyak mungkin orang”.

sumber : terimakasih^^

Sabtu, 21 April 2012

Selama 17 Tahun tinggal di kuburan

Pernahkah Anda mengetahui kisah ini?

Kisah seorang pemuda yang hidup selama 17 tahun dalam kuburan?
Anda mungkin mengira bahwa ia tinggal di daerah dekat kuburan.
Tidak! Dia tidak tinggal di daerah dekat kuburan, tapi ia tinggal di dalam kuburan itu sendiri.
Bagaimana kisahnya?

Anda mungkin tidak akan mempercayai kisah ini, karena pemuda ini lahir dari keluarga berada.
Ayah dan Ibunya orang yang terpandang dan memiliki kekayaan yang berlimpah.
Dalam pandangan masyarakat sekitar, kedua orang tua ini adalah orang tua yang sempurna,
namun orang hanya bisa menilai apa yang tampak.

Orang-orang tidak tahu bahwa kedua orang tua terpandang inilah yang memasukkan anaknya ke dalam kuburan, 


dan menjalani hidup selama 17 tahun di dalam kuburan!

Setiap hari, sang anak makan, minum dan tidur di dalam kuburan, yang penuh kegelapan.
Sang Anak juga hanya bisa menjalani apa yang diberikan kedua orang tuanya, tanpa perlawanan.
Menjelang ulang tahun pemuda itu yang ke-17,  
orang tuanya berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan si pemuda sebagai hadiah ulang tahunnya.

Sang pemuda berpikir, inilah saatnya dia akan mengajukan permintaannya,
ia tidak ingin lagi tinggal di kuburan, tapi apakah orang tuanya benar-benar akan mengabulkan permintaannya?

Hari itu pun tiba. Sang pemuda berulang tahun yang ke-17.
Kedua orang tuanya datang menghampiri dan menanyakan hadiah apa yang ia inginkan.
Sang pemuda menjawab, “Ayah, Ibu… saya tidak meminta banyak, saya hanya minta satu hal.” “Apa, Nak? katakanlah, Ayah dan Ibu pasti akan mengabulkan permintaanmu”

“Ayah dan Ibu berjanji?”
“Tentu, Nak. Ayah dan Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu, selama kami mampu.”
“Ayah… Ibu… saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan”
“Apa? Apa maksud permintaanmu itu, Nak?”
“Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku,
dan hanya itu permohonanku, Yah.”
“Iya, Nak. Ayah sudah berjanji… tapi… tapi… Ayah tidak mengerti, Nak.”
“Ayah, sudah 17 tahun saya tinggal di sini, tapi tidak seharipun saya mendengar Ayah atau Ibu membaca Alquran.
Sedangkan Rasululloh pernah mengatakan
bahwa rumah yang tidak pernah dibacakan Alquran di dalamnya adalah seperti kuburan.
Saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan, Yah.”“

” Ayah dan Ibu sang pemuda terdiam.
“Ayah dan Ibu bahkan tidak pernah mengajariku bagaimana membaca Alquran.
Memang rumah ini mewah, besar dan orang-orang melihatnya sebagai istana.
Tapi mereka tidak tahu, bahwa di mata Rasululloh, rumah ini seperti kuburan.
Jika Ayah dan Ibu mau menepati janji mengabulkan permintaanku, tolong Yah..
Aku tidak ingin lagi tinggal di kuburan.

Ajarilah aku membaca Alquran, agar rumah ini bercahaya dengan cahaya Alquran.
”Renungan Di manakah kalian selama ini makan, minum, tidur dan menetap? di rumahkah? di kos kah? di kontrakan kah? atau kah di kuburan?
karena Rasulullah mengibaratkan rumah yang tidak pernah dibacakan Alquran di dalamnya,
seperti kuburan..

Jadi, di manakah sebenarnya kalian tinggal saat ini?
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda,
sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
Jika mereka tergerak hatinya untuk menghidupkan Alquran di tempat tinggalnya setelah membaca artikel yang Anda share, maka semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu wa taala.
Amin Yarobbalalamin


Adakah yang mendo’akan kita?

Seorang pengusaha sukses jatuh dikamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, “Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia! “Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang …“ kata si pengusaha ini dengan yakinnya. Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit”.
Dengan lembut si Malaikat berkata, “aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu”
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka”.
Kata Malaikat, “Aku akan memberitahukanmu, kenapa Allah rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan  kesembuhanmu.”
Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 dinihari, “ Ya Allah, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.”
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat”.
Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak  padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!
Dengan setengah bergumam dia bertanya, “Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?”
Jawab si Malaikat, “Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah”. Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.
Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu. Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,”Hai manusia malang, Allah melihat air matamu dan penyesalanmu! ! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00”.
Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan  lalu. Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. “Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau Allah tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. “
“Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di Koran. Kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. “
Doa sangat besar arti dan maknanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Kadang berdoa setelah sholat pun dilakukan buru-buru dengan pikiran melayang kemana-mana. Tidak terbeban untuk tidak berdoa bagi orang lain.
Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.
Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Allah dari peristiwa yang terjadi.
Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain… Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.
Teman sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisik ataupun manis  tutur kata & perbuatannya, tapi dari kekuatan hatinya. Maka, perbanyaklah istighfar, dan sertakan orang-orang yang kau kenal dalam doa-doa tulusmu. “Ya Allah, jadikanlah aku seorang yang mampu mengalahkan diri sendiri untuk dapat berbuat yang terbaik bagi orang-orang lain disekitarku. Jagalah mereka dan peliharalah iman & akhlak kami semua”. Aamin…
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis