Joko Seger dan Roro Anteng
Alkisah, terdapat seseorang raja Majapahit yang
meninggalkan negerinya bersama permaisurinya dan beberapa pengikutnya karena
kalah melawan putranya sendiri. Mereka pergi ke lereng Gunung Bromo dan
membangun sebuah rumah sederhana sebagai tempat tinggal mereka. Pada suatu
hari, permaisuri melahirkan anak keduanya. Mantan Raja Majapahit yang gelisah
menunggu istrinya melahirkan anaknya di luar rumah.Pada tengah malam,akhirnya
anaknya berhasil dilahirkan. Anak yang dilahirkan itu perempuan. Sang Raja lalu
melihat anaknya
Raja : “Dinda,
anak kita perempuan”.
Tetapi, terdapat keanehan pada bayi itu
karena bayi itu tidak menangis seperti bayi pada umumnya
Permaisuri : “Benarkah Adinda
melahirkan, mengapa tidak ada suara tangisan bayi?” pikir sang permaisuri.
Raja : “Betul Adinda, anak kita telah
lahir. Lihat, ia terlihat tenang, tidak menangis. Dia terlahir dengan normal
dan sehat. Mukanya terlihat tampak bersinar. Karena ia terlihat tenang dan
diam, maka aku akan menamakannya Roro Anteng” ucap Sang mantan Raja sembari
menunjukkkan bayinya kepada istrinya.
Tidak jauh dari tempat itu, terdapat
sebuah rumah sederhana yang ditinggali oleh sepasang suami istri. Sang Suami
merupakan seorang Brahmana. Pada saat yang bersamaan, sang istri Brahmana
melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi itu menangis dengan suara yang amat
keras. Karena bayi itu menangis dengan suara yang amat keras, maka bayi itu
dinamakan Joko Seger yang artinya laki-laki berbadan segar
Suami (Brahmana) : “Istriku,anak kita
menangis dengan suara yang amat keras. Karena itu aku akan menamakan bayi ini
Joko Seger”.
Tahun telah berlalu. Kedua anak itu
tumbuh menjadi dewasa. Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedangkan
Joko Seger tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan perkasa. Karena kecantikkan
Roro Anteng, banyak pemuda yang datang untuk meminangnya. Tapi, tak satupun
lamaran yang diterima olehnya karena dia telah menjalin kasih dengan Joko Seger
dan ia berjanji tidak akan mau menyukai orang lain karena kesetiaan cintanya
kepada Joko Seger.
Berita tentang kecantikan Roro Anteng
sampai kepada seorang raksasa yang tinggal di hutan lereng Gunung Bromo yang
bernama Kyai Bima. Mendengar kabar itu,ia langsung datang ke rumah tempat
tinggal Roro Anteng untuk meminangnya
Kyai Bima : “Hai Roro Anteng, apakah
kamu mau menerima pinanganku?”
Roro Anteng dan keluarganya kebingungan.
Bila tidak diterimanya, nanti dusun mereka akan dihancurkan olehnya beserta
isinya. Joko Seger tidak bisa tak bisa berbuat apa-apa karena ia tidak isa
menandingi kesaktian Kyai Bima. Roro Anteng pun berpikir keras
Roro Anteng : “Kalau aku tidak
menerimanya, nanti Bima akan marah”. (berkata dalam hati)
Kyai Bima : ”Roro Anteng, jawablah
pertanyaanku Roro!” ucap Kyai Bima.
Akhirnya, Roro Anteng mendapat ide. Ia
menolak pinangan Kyai Bima dengan cara yang halus, yaitu mengajukan satu
persyaratan kepada Kyai Bima. Syarat yang diajukannya itu ia pikir tidak akan
bisa dilakukan oleh Kyai Bima.
Roro A : “Hai Bima, aku menerima pinanganmu
dan menjadi istrimu!”
Kyai Bima : ”Ha Ha Ha….Baiklah” ucap
Kyai Bima dengan suaranya yang menggelegar.
Roro A : ”Hai Bima, aku menerimanya,
Tetapi aku mengajukan syarat kepadamu!”.
Kyai Bima : ”Apa syaratnya?” tanya Kyai
Bima dengan suara yang keras.
Roro Anteng yang mendengar suaranya
menjadi gugup, tetapi ia berusaha agar tampak tenang. Roro Anteng kemudian
berkata
Roro Anteng : “Aku mau engkau untuk
membuatkanku danau diatas Gunung Bromo itu, tetapi hanya dalam waktu semalam!”
perintah Roro Anteng sambil menunjukkan tempat yang dimaksud.
Kyai Bima : “Ha Ha Ha…kalau itu maumu, aku
akan melakukannya, itu sangat mudah bagiku!” jawab Kyai Bima dengan nada
angkuh.
Roro A : ”Tetapi, Bima, kau harus bisa
menyelesaikannya sampai waktu ayam berkokok!” ucap Roro Anteng.
Kyai Bima lalu pergi ke tempat yang
ditunjukkan oleh Roro Anteng tadi untuk membuat danau di tempat itu. Dengan
menggunakan batok (tempurung) kelapa yang besar, Kyai Bima dengan percaya diri
dan mengumpulkan segenap kekuatannya mengeruk tanah. Hasil kerukan itu akan
diisi air agar menjadi danau. Hanya beberapa kali kerukan, Kyai Bima berhasil
membuat lubang besar. Kyai Bima mengeruk tanah tanpa mengenal lelah. Roro
Anteng pun menjadi cemas melihat Kyai Bima sudah membuat lubang yang besar
Roro A : “Aduh,bagaimana ini, raksasa
itu benar-benar sakti? Pasti nanti pagi danau itu sudah selesai. Bagaimana
caranya agar aku dapat mengalahkannya?”.
Setelah lama berpikir, akhirnya ia menemukan ide.Ia membangunkan
para penduduk desa,termasuk tetangga dan keluarganya. Lalu Roro Anteng menyuruh
kaum perempuan untuk menumbuk padi di lesung, sedangkan kaum Laki-Laki ia suruh
untuk membakar jerami disebelah timur agar kelihatan fajar telah terbit
Roro A : “Wahai saudara-saudaraku, aku
meminta kalian agar menciptakan suasana pagi. Hai kaum perempuan, aku
perintahkan kau untuk menumbuk padi. Dan kau kaum laki-laki, aku perintahkan
engkau untuk mengumpulkan jerami dan dibakar disebelah Timur agar terlihat
seperti matahari terbit”.
Para Tetangga : ”Baiklah Roro Anteng, kami
akan melakukannya”.
Lalu, kaum laki-laki dan perempuan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh Roro Anteng.
Cahaya kemerah-merahan segera muncul
dari arah Timur, disusul dengan suara lesung yang bersahutan. Ayam pun
terbangun dan berkokok. Kyai Bima yang menyangka pagi sudah datang pun kesal
karena pekerjaannya tidak selesai dan tidak bisa menikahi Roro Anteng
Kyai Bima : “Sial! pagi sudah tiba. Sementara
pekerjaanku tidak selesai. Aku tidak bisa menikahi Roro Anteng” seru Kyai Bima
dengan kesal.
Kyai Bima lalu meninggalkan tempat itu. Tempurung
yang dipegangnya dilemparkan dan bertelungkup di tanah. Tempurung itu kemudian
berubah menjadi sebuah gunung yang dinamakan Gunung Batok. Jalan yang dilalui
Kyai Bima berubah menjadi sebuah sungai yang sampai sekarang dapat dilihat di
hutan pasir Gunung Batok. Sedangkan danau yang belum selesai dibuat oleh Kyai
Bima berubah menjadi kawah yang sampai sekarang masih bisa dilihat di kawasan
Gunung Bromo.
Roro Anteng dan Joko Seger menjadi senang.
Tak berapa lama kemudian,mereka berdua menikah dan tetap tinggal di lereng
Gunung Bromo. Mereka kemudian membuka desa baru. Desa itu kemudian mereka
namakan dengan nama Tengger. Nama ini merupakan gabungan dari nama mereka
berdua, Roro An(teng) dan Joko Se(ger). Mereka pun hidup bahagia.
Setelah bertahun-tahun menikah, mereka
belum juga dikaruniai anak.Karena itu, terjadi keresahan di hati mereka berdua
Joko Seger : “Dinda, sebenarnya sudah
bertahun-tahun kita menjadi suami istri, tetapi mengapa kita belum dikaruniai
anak? Padahal kita sudah mencoba berbagai jenis obat” ucap Joko Seger.
Roro A : ”Sabarlah Kanda, mungkin nanti
kita akan dikaruniai anak. Janganlah cepat berputus asa. Serahkan saja semuanya
kepada dewa” ucap istrinya untuk menenangkan hati suaminya.
Joko Seger pun bersumpah
Joko S : “Aku bersumpah, bila kita
dikaruniai 25 orang anak, salah satu dari anak kita akan ku persembahkan
sebagai sesajen di kawah Gunung Bromo!”
Setelah suaminya berucap seperti itu, tiba-tiba
muncul api dari dalam tanah di kawah Gunung Bromo. Itu pertanda bahwa doa
mereka didengar oleh Dewa. Mereka pun senang dan berterima kasih
Roro A & Joko S : “Terima Kasih
Dewa, terima kasih karena engkau telah mendengarkan permintaan kami. Kami akan
menepati janji kami”.
Tak berapa lama kemudian setelah itu, Roro
Anteng diketahui mengandung. Mereka bertambah senang dan bahagia karena saat
yang ditunggu-tunggu tiba.Sembilan bulan kemudian,Roro Anteng melahirkan
seorang bayi kembar laki-laki.Ada yang kembar dua,tiga,hingga anak mereka
menjadi 25.Kebahagiaan mereka bertambah.Setelah itu,Roro Anteng tidak
melahirkan lagi.Mereka mengasuh dan mendidik ke 25 anak mereka dengan
ikhlas.Anak-anak mereka pun tumbuh menjadi dewasa.Nama anak yang paling bungsu
adalah Jaya Kusuma.Karena terlena dalam kebahagiaan,Joko Seger menjadi lupa
akan janjinya untuk mempersembahkan salahsatu anaknya untuk menjadi sesajen di
kawah Gunung Bromo.
Pada suatu malam, ketika Joko Seger
tidur, Dewa menegurnya agar menepati janjinya untuk mempersembahkan salah satu
anaknya untuk menjadi sesajen di Gunung Bromo melalui mimpi
Dewa : “Wahai Joko Seger tepatilah
janjimu untuk mempersembahkan salahsatu anakmu untuk menjadi sesajen di Gunung
Bromo!”.
Joko Seger pun tersentak kaget dan
terbangun.
Joko S : ”Aduh,bagaimana ini? Siapa
diantara putra putriku yang harus aku persembahkan? Aku sangat menyayangi
mereka semua”
Joko Seger yang masih dalam keadaan
gelisah pun melanjutkan tidurnya
Pada Keesokan harinya, Saat pagi
hari,Joko Seger bangun dari tidurnya.Joko Seger pun mulai gelisah karena ia
belum menepati janjinya.Makin hari ia semakin gelisah karena belum menepati
janjinya.Akhirnya ia ingin menceritakan semuanya kepada anak-anaknya
Joko Seger : “Apa aku harus membicarakan
ini kepada anak-anakku?mudah-mudahan saja ada salahsatu dari mereka yang mau
menjadi persembahan”.
Joko Seger dan isrinya kemudian
mengumpulkan anak-anaknya dalam sebuah pertemuan keluarga.Ia menjelaskan
janjinya yang pernah ia ucapkan
Joko S : “Anak-anakku,Ayah sebenarnya
mempunyai sebuah janji yang melibatkan kalian”.
Anak-anak : ”Janji apakah itu ayahku?” tanya
anak-anaknya.
Joko S : ”Sebelum kalian lahir, Ayah dan
Ibumu ini sudah lama tidak dikaruniai anak. Padahal Ayah dan Ibumu ini sudah
banyak berdoa dan berusaha. Karena Ayah dan Ibumu ini tidak juga dikaruniai
anak,maka Ayah mengucapkan sebuah janji yaitu bila Anak ayah ada 25, salah satu
dari mereka harus ada yang dipersembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung
Bromo” jawab Joko Seger sambil menjelaskan.
Anak-anak : ”Lalu, apakah yang
melibatkan kami Ayahku?” tanya anak-anaknya.”
Joko S : Apakah salahsatu dari kalian
ada yang mau menjadi persembahan di kawah Gunung Bromo?” tanya Sang Ayah.
Anak : ”Ayahandaku, apakah ayahanda tega
mengorbankan anak ayahanda sendiri, mengapa ayah berjanji seperti itu? Apakah
ayahanda tidak sayang dengan kami?” tanya salahsatu anaknya.
Joko S : “Bukan begitu anakku,aku hanya
ingin dikaruniai anak, sehingga ayahmu ini berjanji demi dikaruniai anak. Ayah
itu sangat sayang dengan kalian semua, jadi ayah tidak tega untuk
mempersembahkan salahsatu dari kamu semua menjadi sesajen di kawah Gunung
Bromo” ucap ayahnya kepada anak-anaknya.
Si sulung : ”Ampun Ayahanda,Ananda
Pokoknya aku tidak mau menjadi persembahan di Gunung Bromo. Kami tidak ingin
mati muda Ayahanda” ucap si Sulung.
Anak-anak : ”Iya,kami tidak mau mati
dibakar oleh panasnya kawah Gunung Bromo!” ucap putra-putrinya, kecuali si Jaya
Kusuma.
Joko S : “Dengarlah wahai putra-putriku,
Jika Ayahanda tidak menunaikan nazar ini, maka desa ini dan seluruh isinya akan
binasa,”
Dengan sigap, Jaya Kusuma langsung menanggapi penjelasan Ayahandanya.
Jaya Kusuma : ”Ayahanda, Ibunda, aku mau
dipersembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo ayahanda, demi ketenangan
ayahanda. Ananda sangat menginginkan bahwa Ayahanda itu bahagia. Biarlah Ananda
yang dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo” ucap si bungsu, Jaya Kusuma.
Mendengar perkataan Kusuma, semuanya
menjadi sedih.
Joko S : ”Jaya Kusuma anakku,mengapa
kamu berani untuk kami persembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo? Sedangkan
kakak-kakakmu tak berani melakukannya” ucap Joko Seger.
Jaya Kusuma : ”Ananda akan melakukan apa
saja, termasuk dikorbankan, demi keselamatan penduduk Tengger dan Ayahanda, Ibunda,
serta kakak-kakakku. Sekarang, ijinkanlah aku pergi ke kawah Gunung Bromo” ucap
Jaya Kusuma.
Jaya Kesuma lalu berpamitan kepada kedua
orangtuanya
Jaya Kusuma : “Ayahanda, Ibunda, Ananda
akan pergi ke kawah Gunung Bromo. Ananda hanya meminta restu dan doa kalian. Kirimlah
hasil ladang ke Ananda dengan menceburkannya ke kawah Gunung Bromo pada setiap
terang bulan, tanggal 14 bulan Kasadha. Ananda akan pergi ke kawah sekarang.”
Joko S : ”Tunggu Kusuma, kami akan ikut
ke kawah dan mengajak semua penduduk mengantarmu ke kawah” ucap Joko Seger.
Joko Seger lalu memanggil seluruh
penduduk Tengger. Setelah itu, Joko Seger, keluarga, dan para penduduk Tengger
beserta Jaya Kusuma pergi ke kawah Gunung Bromo. Setelah sampai, Jaya Kesuma
menyampaikan pesan kepada rakyat Tengger
Jaya Kusuma : “Aku akan menceburkan diri
kedalam kawah demi ketentraman Rakyat Tengger disini. Kirimkanlah aku hasil
ladang pada saat terang bulan, yaitu pada tanggal ke 14 bulan Kasadha.” ucap
Jaya Kusuma.
Setelah berucap seperti itu, ia
menceburkan diri kedalam kawah Gunung Bromo. Tak ada rasa takut yang muncul
dari wajahnya.
Joko S : ”Jaya Kusuma…. Anakku” seru
ayahnya dari atas kawah.
Untuk mengenang peristiwa itu,para
rakyat Tengger melakukan perintah yang pernah diucapkan Jaya Kusuma saat akan
menceburkan diri kedalam kawah,yaitu mengirimkan hasil ladang pada tanggal ke
14 bulan Kasadha dengan menceburkannya kedalam kawah tempat Kusuma menceburkan
diri. Hal ini terus dilakukan sampai sekarang dan menjadi sebuah tradisi yang
dilakukan masyarakat Tengger. Tradisi ini kemudian dinamakan Tradisi Kasadha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar